IMF – WBG Annual Meetings Bali 2018 VOYAGE to INDONESIA Dr. Izaac Tonny Matitaputty, SE. M.Si Dosen FEB - Unpatti


Apa itu IMF dan WBG?, saya mencoba menanyakan ke7pada beberapa anggota  masyarakat, tentang pengatahuannya terhadap IMF dan WBG. Setelah pulang dari Annual Meetings di Bali saya mencoba melakukan pendekatanpersonal saat saya naik angkutan kota (angkot), saya sebut “Publikasi Angkot”,pendekatan seperti ini biasanya dimulai dengan cerita humor yang membuat penumpang angkot tertawa dan terlibat dalam percakapan ringan dan singkat. Di sela-sela percakapan saya selipkan beberapa pertanyaan untuk anak sekolah (SLA dan Mahasiswa) yang kebetulan bersama naik angkot. Pertanyaan saya, apakah adik-adik tahu apa itu IMF?, mereka balik bertanya kepada saya, IMF itu singkatan dari apa pak?, saya tidak menjawab pertanyaan balik tersebut, tetapi saya membuat pertanyaan berikutnya, apakah adik-adik tahu World Bank Group?,mereka menjawab ya tahulah pak itu kan Bank Dunia!. Mereka balik bertanya ulang kepada saya, apa sih kerjaannya Bank Dunia?, Pinjamin duit ya pak?, pinjamin duit buat negara-negara miskin ya pak?.
Pertanyaan ringan yang mungkin menggelitik hati kita, saya tanya kepada beberapa penumpang lainnya kira-kira mereka tahu tidak dengan Bali?, Dengan serempak semuanya menjawab Bali itu pusatnya Pariwisata Indonesia yang sudah mendunia bahkan mereka bilang ingin sekali berkunjung ke Bali, Bali is the best kata anak-anak millennial,percakapan yang hangat dan ringan membuat kita tak terasa telah sampai di tujuan yang memakan waktu sekitar 20-30 menit terasa begitu singkat, sehingga saya belum sempat menjawab pertanyaan-pertanyaan balik dari adik-adik sekolahan dan kuliahan tadi. Besoknya dan sampai tulisan ini dibuat saya masih melakukan “Publikasi Angkot” dan ternyata dari hari ke hari berikutnya dengan penumpang angkot yang berbeda, baik anak sekolahan, kuliahan, ASN, swasta, dll, dengan pertanyaan yang sama ternyata untuk golongan kerjaan ASN yang berumur diatas 40 tahun umumnya mengetahui IMF dalam perspektif  negatif, menurut mereka IMF terlibat dalam krisis moneter Indonesia tahun 1998 yang berakhir dengan runtuhnya rezim pemerintahan Orde Baru.

Perspektif negatif seperti itu perlu menjadi taruhan pada Annual Meetings IMF – WBG di Bali. Kalau begitu kita kembali ke pertanyaan-pertanyaan di angkot tadi, Pertanyaan balik dari anak sekolahan dan kuliahan IMF itu apa sih pak?. IMF adalah singkatan dari International Monetary Fund dalam bahasa Indonesia disebut Dana Moneter Internasional. Organisasi ini beranggotakan 189 negara bertujuan, mempererat kerjasama moneter di tingkat global, memperkuat kestabilan keuangan antar anggota, mendorong perdagangan antar anggota, memperluas kesempatan kerja antar anggota, meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan mengentaskan kemiskinan  di seluruh dunia. IMF dibentuk tanggal 27 Desember 1945 saat itu masih beranggotakan 29 negara.

Pertanyaan berikutnya tentang World Bank Group, anak sekolahan dan kuliahan tahu World Bank Groupadalah Bank Dunia, tetapi mereka balik bertanya apa kerjaannya Bank Dunia?. World Bank dalam bahasa Indonesia disebut Bank Dunia,merupakan  sebuah lembaga keuangan internasional yang menyediakan pinjaman kepada negara-negara berkembang untuk program pemberian modal. World Bank didirikan pada 27 Desember 1945 jumlah anggotanya 188 negara (IBRD) dan 173 negara (IDA). Apakah World Bank sama dengan World Bank Group atau dalam bahasa Indonesia disebut  Grup Bank Dunia. World Bank dan world Bank Group berbeda satu dengan lainnya, kalau World Bank terdiri dari  dua lembaga yaitu,1. International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) 2. International Development Association(IDA) sedangkan World Bank Group atau Grup Bank Dunia terdiri dari: 1. Dua lembaga yang ada di World Bank. 2. International Finance Corporation (IFC) 3.Multilateral  InvesmentGuarantee Agency(MIGA) 4. International Centre for Settlement of Invesment  Disputes (ICSID), dengan demikian Grup Bank Dunia  adalah gabungan lima organisasi  internasioanal yang memberi pinjaman  kepada negara-negara berkembang, dengan jumlah anggota 188 negara. Mari kita melupakan pertanyaan “Publikasi Angkot” sekarang muncul apa itu “IMF – WBG Annual Meetings” dan menjadikan Indonesia khususnya Balisebagai Tuan Rumah.  Annual Meetings 2018 merupakan pertemuan tahunan yang diselenggarakan  oleh Dewan Gubernur  World Bank  dan IMFserta seluruh gubernur bank sentral dari negara anggotanya pada bulan Oktober  untuk mendiskusikan perkembangan  ekonomi dan keuangan global serta berbagai isu-isu terkini.IMF – WBG Annual Meetings  diikuti 189 negara anggota hampir 15.000 – 20.000 peserta terdiri dari, delegasi resmi, investor, observer, staf IMF – WBG, CSO, institusi lainnya, press/media dan lainnya. Selain Annual Meeting adapun meeting lainnya seperti, G24 Meeting, Constituent/Regional Meetings (ASEAN, MENA, CEMAC, CEMLA, dll),  G7 Meeting dan  G20 Meeting. Annual Meetings akan dilaksankan dari tanggal,  8 – 14 oktober 2018dengan 2000pertemuan (simultan). Terpilihnya Indonesia khususnya Bali sebagai Tuan Rumah penyelenggaraan IMF – WBG Annual Meetings 2018,menjadikan Indonesia sebagai Negara ASEAN ke empat yang menjadi tuan rumah setelah, Philipina (1976), Thailand (1991), Singapura (2006). Momentum sebesar ini harus menjadi Pride of the Nation, karena seluruh dunia datang dan mata tertuju ke Indonesia, sebagai negaraberkembangdengan visi bertujuan mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, hal tersebut telah dapat dibuktikan karena Indonesia adalah Negara yang reformed, tangguh dan progresif.

Tangguh dan progresif harus di dukung oleh kemampuan “Diplomasi publik” sering menjadi kelemahan kita guna mempromosikan apa  Kehebatannegara kita dibandingkan dengan Negara lain. Kelemahan diplomasi publik terus terjadi dengan alasan yang sama, padahal seekor keledai tidak akan pernah jatuh untuk ke dua kali dalam lubang yang sama. Kelemahan publikasi sering hanya bersifat sementara tidak berkelanjutan dan untuk kalangan atas tetapi jarang terjadi pada kalangan menengah kebawah. Kelemahan ini menimbulkan rasa apatis dari kalangan yang disebut menengah kebawah. Padahal peluang Negara Indonesia untuk menjadi leadership di dunia sangat mungkin terjadi,namun diplomasi publik sering diabaikan. Kita memiliki berbagai atase seperti, atase ekonomi, budaya, pendidikan, dll, di hampir semua Kedutaan besar Indonesia  tetapi sampai saat ini diplomasi publik masih kurang terasa gregetnya. Annual meeting to Indonesia 2018 semakin dekat, publikasi/pomosi tuan rumah perlu ditingkatkan sehingga terciptanya rasa kebersamaan, rasa memiliki, untuk kemajuan Indonesia dimasa datang.

Harapan yang besar dari Annual Meeting di Bali, bukan saja untuk kemajuan Bali semata, tetapi kehadiran puluhan ribu peserta akan mampu menggerakkan roda perekonomian Indonesia baik di sektor jasa transportasi, perhotelan, kuliner, pariwisata alam dan budaya, industri kecil menengah. Bali begitu terkenal di seantero dunia melalui Annual meeting yang di hadiri gubernur bank sentral, anggota IMF dan WBG dengan delegasinya akan memberi dampak positif bagi perkembangan perekonomian Indonesia.Dengan adanya Annual Meeting 2018 akan menentukan apakah Indonesia mampu menjadi “leader” dalam membahas dan mengatasi berbagai isu-isu global saat ini. “Leadership” atau kepemimpinan Indonesia dipertaruhkan dengan berbagai diplomasinya padahal diplomasi publik kita sering menjadi kendala, dalam jangka pendek mungkin diplomasi kita begitu gencar, tetapi untuk jangka panjang kita sering lemah secara konsisten untuk mampu mempertahankan pengaruh itu. Kepemimpin memerlukan  konsistensi dan konsistensi perlu di dukung dengan kemampuan diplomasi publik yang berkelanjutan dengan  membangun networking  baik ditingkat regional maupun internasional.

Kita tidak bisa lagi memakai “publikasi angkot” yang merupakan publikasi “temu – tinggal pergi” tidak perduli apakah pesan itu tercapai  ataukah tidak. Annual meeting 2018 di Bali akan menjadi titik tolak mempromosikan ekonomi Indonesia yang reformed dengan policy making tepat, adaptive  pada kemajuan teknologi dan berkelanjutan. Annual meeting memberi manfaat bagi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Manfaat jangka pendek bagi Indonesia adalah,  memberikan dampak positif terutama pada manfaat yang secara tidak langsung pada promosi pariwisata Indonesia bukan saja untuk Bali tetapi memberi spreed effect bagi daerah lain sebagai destinasi utama. Selain pariwisata,  manfaat lain yang turut mempengaruhi penerimaan negara seperti, mendorong pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari meningkatnya penerimaan devisa Negara, penerimaan negara dari sektor pariwisata pada tahun 2016 sekitar US$ 13,568 selama tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK secara signifikan menjadi penyumbang penyerapan tenaga kerja terbesar  bahkan diperkirakan pada tahun 2019 akan mengalahkan sektor industri kelapa sawit. Sedangkan menurut World Bank sektor ini mampu mendorong 170% dari PDB yakni sekitar US$ 1 juta. Indoneia mampu menjadi  20 negara dengan tingkat pertumbuhan paling cepat sekitar 25,68% dengan daya saing menurut World Economy Forum (WEF) dari peringkat 50  tahun 2015 naik ke peringkat 42 pada tahun 2017.

Manfaat lain dari Annual meeting 2018 dalam jangka panjang akan memberikan dampak positif  karena Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga dengan jumlah populasi terbesar nomor empat di dunia, tentunya dengan potensi tersebut Indonesia akan menjadi  pangsa produksi dan pasar dengan jumlah tenaga kerja yang besar. Dampak positif iniakan memberikan peningkatan kunjungan wisatawan baik di tingkat domestik maupun luar negeri. Dalam jangka panjang berbagai event internasional akan tertuju ke Indonesia karena kemampuan Indonesia mengelola berbagai event terutama international events yang dipercayakan kepada Indonesia. Modal jangka pendek menjadi modal jangka panjang event-event terbaik menjadi andalan untuk menggali potensi lainnya di sektor pariwisata. Daerah-daerah destinasi pariwisata yang belum di promosi/terpublikasi namun memiliki keaneka ragaman wisata yang unik dalam jangka panjang akan menjadi daerah tujuan wisata.Dalam jangka panjang daerah-daerah tersebut akan menjadi pilihan sebagai destinasi pilihan utama selain daerah yang sudah dikenal sebelumnya seperti, Bali, Lombok, Danau Toba, Yogyakarta, Labuan Bajo, Tana Toraja, Raja Ampat, dll.



Momentum Annual Meeting 2018 di Bali akan menjadi prime mover/penggerak utama atau lokomotif pariwisata di Indonesia. Gerbong-gerbong destinasi pariwisata di daerah lainnya tidak akan bergerak secara bersamaan apabila lokomotif pariwisata hanya bergerak sendirian. Lokomotif memerlukan gerbong, lokomotif bisa bergerak sendiri tanpa gerbong, tetapi lokomotif tanpa gerbong adalah kesia-sian. Tidak ada gerbong,  berarti tidak ada pilhan, tidak ada pilihan berarti tidak ada kesuksesan membangun pariwisata Indonesia. Membangun pariwisata Bali berarti membangun destinasi pariwiasta lain selain Bali. Annual Meeting harus menjadi ajang promosi/publikasi Indonesia karena disitulah terjadi pertemuan para pelaku utama di sektor keuangan, jasa dan lainnya. Sukses penyelenggaraan Annual Meeting 2018 di Bali adalah kebanggaan seluruh Bangsa Indonesia. Kesuksesan memerlukan kerja keras, kerja dan kerja, kerja yang dibarengi dengan persepsi positif, akan memberikan keyakinan bagi investor dan persepsi positif bagi seluruh bangsa Indonesia tentunyaakanmeningkatkan pride of thenation.(TIM 2018)