Setelah 25 Tahun Gunakan Secara Gratis, Suster Brigitta Kembalikan 2 Rumah Kepada Pemiliknya Di Ambon

CM, KOTA AMBON

Ketua Yayasan Kasih Mandiri, Suster Brigitta Renyaan, SRM mengatakan selama kurang lebih 25 tahun Yayasan yang dipimpinnya menggunakan dua buah rumah di dekat Pabrik Roti Sarindah di kawasan Belakang Soya yang berbatasan dengan desa Batu Merah, bangunan  milik dari keluarga Bapak Josep Lokan (alm), direktur dan pemilik PT. Daya Bangun Raya yang sering dikenal dengan DBR, dan tepat pada, Rabu, 10 September 2025 kedua rumah tersebut telah diserahkan kembali kepada pemiliknya dengan ucapan limpah terima kasih atas kebaikan almarhum dan isterinya serta anak-anaknya.

Demikian antara lain keterangan suster Brigitta kepada wartawan di Ambon, Rabu, 10 September 2025.

Dikatakan awalnya rumah tersebut digunakan bersama oleh Gerakan Perempuan Peduli (GPP) gabungan antara Katolik, Protestan dan Muslim manakala kota Ambon dan provinsi Maluku masih dicekam oleh konflik kemanusiaan sejak 1999 silam.

Awalnya kami yang tergabung dalam GPP mencari tempat. Kami pake ruangan di kantor Rinamakna di jalan Pattimura, sesudah itu saya dengan Oly Lasol harus mencari satu ruangan untuk kami pake. Saya ingat Bapak Josep Lokan almarhum."ujarnya.

Selanjutnya Suster yang dikenal sangat peduli dengan perempuan dan anak yang menderita dalam konflik kemanusiaan Maluku itu kemudian mendatangi Josep Lokan yang saat itu masih hidup serta memohon agar bisa mendapatkan satu ruangan di kantor DBR akan tetapi permintaan itu tidak direstui oleh almarhum tapi mengusulkan jika suster mau maka boleh menggunakan rumahnya yang ada di Waihaong. Akan tetapi karena kondisi konflik waktu itu belum redah sepenuhnya sehingga Suster Brigitta pun enggan menerima tawaran dari Bapak Lokan. 

"Bapak Josep, kalau rumah di Waihaong itu jika saya sendiri yang menempati mungkin bisa tetapi bagi ibu-ibu kristen lainnya tidak bisa mengingat kondisi  konflik Maluku yang belum berakhir."jelas Suster Brigitta menanggapi tawaran bapak Lokan kala itu.

Akhirnya Bapak Lokan pun memberi izin untuk bisa menggunakan 2 buah rumah di Belakang Soya dan langsung mengantarkan Suster untuk bertemu langsung dengan bapak ibu Wattimury yang menjaga kedua rumah itu.

"Jadi hari Minggu sesudah makan di rumah makan di belakang RRI, antua antar beta langsung ketemu dengan Oma dan Opa Wattimury, kami naik di lantai dua dan antua beritahu bahwa nanti suster tinggal di dua rumah ini."jelas Suster Brigitta sembari berpesan setiap bulannya harus memberikan sedikit uang kepada oma dan opa Wattimury. Hal ini disebabkan karena meskipun dirinya telah membeli kedua rumah tersebut tapi baginya Oma dan opa sudah bagaikan orangtuanya sendiri.

Sejak saat itu maka suster pun kemudian membersihkan rumah dan dijadikan kantor GPP, selanjutnya berkembang menjadi Yayasan Kasih Mandiri yang menangani perempuan dan anak-anak dan selanjutnya sesuai kebutuhan maka dibangun pula sekolah PAUD kasih Mandiri.

Kepada wartawan Suster  Brigitta mengisahkan awal mulanya kedua rumah itu dipakai.

Dikatakan sebagaimana rumah-rumah lain yang berada di daerah perbatasan komunitas Kristen dan Muslim yang masih diliputi dengan kecemasan akan kejadian konflik Maluku saat itu, awalnya rumah itu banyak dihuni oleh Prajurit TNI yang bertugas melakukan pengamanan saat konflik sehingga banyak sekali anggota TNI yang masuk keluar kedua rumah ini. 

Setelah itu, kata Suster seiring berjalannya waktu sejumlah ibu-ibu Muslim terutama dari kawasan Batu Merah yang cukup berperan aktif mengupayakan perdamaian konflik mencari tempat untuk menjadikan kantor bersama maka suster Brigitta pun membantu menjadikan kedua rumah itu sebagai posko meskipun saat itu Suster harus mempertaruhkan keselamatan dirinya karena diancam oleh kelompok tertentu yang mencurigai akan keterlibatan Suster sebagai orang Kristen dan bekerjasama dengan ibu-ibu Muslim, namun berkat doa yang kuat dari suster dan penjelasan yang cukup menyakinkan para pemuda dan kelompok yang mencurigai itu sehingga ibu-ibu Muslim itupun  akhirnya menggunakan tempat tersebut disamping ibu-ibu dari Kristen dan Katolik. 

"Akhirnya GPP tinggal di sini, awalnya mereka masih segan, akhirnya saya, ibu Oly Lasol, Pau Pajong kami bertiga tinggal dan menjadikan rumah AMAN yang berfungsi sebagai tempat berhimpun GPP dari tiga komunitas, Muslim, Protestan dan Katolik serta tempat untuk memperhatikan anak-anak dimana saya beberapa kali harus ke Jakarta untuk ngamen di Gereja-Gereja untuk menghimpun dana bagi kebutuhan 5 ribu anak di Maluku waktu itu."jelas Suster.

Selanjutnya Suster Brigitta mengatakan dirinya sangat bersyukur kepada Tuhan karena selama 25 tahun keluarga Lokan memberikan kedua rumah itu untuk dipakai secara cuma-cuma tanpa meminta satu sen pun. Hal mana perkiraan banyak.orang mungkin Suster mengontrak kedua rumah itu tapi nyatanya hanya pemberian semata dari Keluarga Bapak Josep Lokan. Oleh sebab itu selaku Ketua Yayasan maupun pribadi sebagai seorang Suster, Suster Brigitta menyampaikan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak Lokan almarhum beserta Isteri dan anak-anak atas kemurahan hati selama 25 tahun ini.(CM)